"Gereja bagai bahtera, mengarungi zaman", demikian penggalan syair salah satu lagu yang cukup dikenal. Memang demikianlah adanya. Gereja senantiasa ada dalam dan di tengah perjalanan; jemaat Allah yang berziarah. Peziarahan kepada Allah; Gereja adalah umat Allah dengan Kristus sebagai kepala. Akan tetapi, perjalanan Gereja di dunia ini adalah perjalanan hidup manusia, dalam realitas sejarah, terlebih dalam perjalanannya menuju pada kesatuan dengan Allah di surga, yang ditandai dengan kurban dan kesetiaan, komitmen dan harapan (lih. LG 48-51). Tentu dalam perjalanan tersebut, banyak suka-duka dialami. Hal itu bisa kita simak kalau kita mempelajari sejarah Gereja; ada kegembiraan, namun ada pula duka di dalamnya; ada sisi cerah, namun tak disangkal tampak pula wajah buram. Perjalanan hidup Gereja memang tidak lepas dari perjalanan pergumulan hidup umat manusia maka suka-duka sejarah umat manusia menjadi bagian pula dari suka-duka perjalanan hidup Gereja Bukankah diungkapkan dalam Konsili Vatikan II bahwa kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan umat manusia adalah juga kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan Gereja, umat Allah (GS 1). Pun dalam perjalanan sejarah Gereja, tersibak kenyataan bagaimana Gereja, umat Allah, tidak selalu mampu menangkap, memahami, serta mewujudkan pewahyuan dan pesan ajaran ilahi yang diterimanya.
Buku ini tidak bermaksud untuk memberikan solusi, tetapi menggambarkan langkah serta proses apa dan bagaimana yang perlu dibuat agar reksa pastoral dapat berjalan sebagai bagian dari pewujudan Gereja yang hidup. Tentu ini bukan hanya tugas pastor yang berkarya di paroki. Pastor tidak bisa berbuat banyak jika tanpa kehadiran aktif dan kontributif dari segenap umat. Paroki bagaimanapun bukanlah milik pastor, tetapi merupakan keluarga Allah, awam dan klerus. Oleh karena itu, buku ini ditujukan tidak saja bagi para pastor, tetapi juga bagi semua aktivis paroki di berbagai tingkat dan bidang keterlibatan. Dengan kata lain, buku ini ditujukan bagi semua dan siapa saja, baik secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam reksa pastoral paroki. Di sini, reksa pastoral Gereja digambarkan seperti orang yang akan dan sedang menempuh suatu perjalanan, dalam pemahaman akan Gereja yang bagai bahtera sedang berziarah. Tentu langkah pertama adalah memahami apa arti perjalanan. Pemahaman ini dalam konteks pastoral paroki diletakkan dalam pemahaman akan tugas perutusan. Apakah artinya diutus sebagai bagian dari Gereja dalam konteks paroki. Itu akan dibahas dalam bagian pertama.