Image of PASTORAL KONSELING DALAM TRANSMISI

Text

PASTORAL KONSELING DALAM TRANSMISI



Teologi adalah refleksi sistematis dan teoretis atas peng alaman iman. Pada gilirannya yang bersifat teoretis ini diterap kan dalam situasi lain, yang juga memunculkan pengalaman iman. Lantas bagaimana sesuatu yang teoretis dapat diterapkan dalam bidang konkret dan praktis? Namun masalahnya tidak sedemikian sederhana, justru karena bidang yang konkret dan praktis merupakan sesuatu yang rumit. Biasanya teologi me manfaatkan ilmu-ilmu lain misalnya psikologi, antropologi dan sosiologi sebagai perangkat untuk menerobos masalahnya. Sudah sejak lama teologi dibedakan atas dua, yakni teologi murni, seperti yang sistematis dan biblis, dan teologi terapan yang bersifat praktis, seperti historika dan praktika. Yang per tama sering berdialog dengan filsafat dan bahasa, sedangkan yang kedua dengan pelbagai cabang ilmu-ilmu sosial. Dalam perkembangannya terjadi polarisasi yang akhirnya mempengaruhi corak pendidikan teologi. Kalau yang diutama kan teologi murni, kuliah yang diberikan hampir semuanya ber sifat teoretis akademis. Kalau yang diutamakan adalah yang praktis, kiblatnya melulu pada keperluan jemaah, yaitu meng hasilkan tenaga "siap pakai". Polarisasi semacam ini pasti merugikan semua pihak. Dalam kenyataannya lembaga-lembaga pendidikan teologi di Indonesia telah mencoba mengatasi polarisasi di atas, namun dengan "tambal-sulam" saja. Padahal perlulah menggumuli ma salahnya secara mendasar, supaya mendapatkan suatu model yang integratif.
Salah satu sumbangan teologi modern di dunia ke satu adalah tekanan pada dimensi pastoral untuk mengimbangi tekanan pada dimensi ajaran yang seringkali terlalu intelek tualistis, sementara di dunia ketiga adalah tekanan pada prak sis. Ada banyak definisi mengenai apa yang dimaksud dengan "praksis", tetapi pada akhirnya praksis harus berhubungan de ngan pengalaman iman manusia. Pengalaman ini diakui sebagai sesuatu yang unik, yang tidak bisa begitu saja dimasukkan dalam kerangka yang bersifat teoretis, kendatipun kerangka itu sudah lama terlanjur diiden tikkan dengan "iman". Kerangka teoretis-sistematis mengenai iman sangat berguna dan sering menentukan dalam persoalan persoalan fundamental, namun akhirnya harus diakui bahwa pengalaman iman (baik berdasarkan tradisi biblis maupun non biblis) jauh lebih kaya daripada suatu kerangka teoretis. Kiranya perlulah melihat dari sisi lain: bukan lagi bagai mana yang teoretis dapat diterapkan dalam bidang yang kon kret praktis, tetapi bagaimana menggumuli praksis, sementara kita sendiri termasuk dalam praksis. Atau, bagaimana meng hargai konteks di mana kita berada dan bergumul di dalamnya di bawah terang iman kita. Pergumulan tidak bisa dilepaskan dari dimensi pastoral. Tentu saja teologi yang dibayangkan tidak bisa tidak adalah yang pastoral dan menyangkut praksis. "Pastoral" tidak sama dengan "praktis" seperti misalnya keterampilan konseling pas toral, sedangkan "praksis" tidak sama dengan "praktis" seperti misalnya keterampilan berkhotbah (homiletik). Bergumul de ngan konteks secara pastoral tidak berarti sekedar menguasai keterampilan-keterampilan teknis (meskipun tentu saja semua itu diperlukan), melainkan bergumul dengan pertanyaan-per tanyaan terdalam yang dihadapi manusia. Kiranya terbitan-terbitan dalam rangka seri 'teopraksis' ini dapat membantu ke arah ini.


Ketersediaan

Tidak ada salinan data


Informasi Detil

Judul Seri
-
No. Panggil
-
Penerbit KANISIUS : Yogyakarta.,
Deskripsi Fisik
-
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
979-413-823-1
Klasifikasi
-
Tipe Isi
text
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Subyek
Info Detil Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab

Versi lain/terkait

Tidak tersedia versi lain




Informasi


DETAIL CANTUMAN


Kembali ke sebelumnyaXML DetailCite this